Www.KontraSindependent.com-Media Sarana Restorasi dan Informasi Publick-Jakarta-12-Spt-2019–aksi para pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berjejer dan saling menggenggam tangan, membentuk sebuah rantai manusia yang mengelilingi Gedung Merah Putih KPK dengan tekat yang sama demi memperjuangka kinerja KPK sebagai Lembaga Independent.
Aksi kebersamaan gengam tangan itu tepatnya pada Jumat (0-Spt-2019) siang,dilakukan aksi itu sebagai simbol perlindungan yang diberikan para pegawai kepada pemberantasan korupsi yang kini sedang menghadapi berbagai upaya pelemahan. Salah satunya rencana revisi Undang-Undang KPK yang berpotensi menghambat laju dan menghentikan tugas kinerja Lembaga pemberantasan korupsi.
Sebelum rantai manusia dibentuk, Wakil Ketua KPK Saut Situmorang berorasi di hadapan ratusan pegawai mengenai amanat United Nations Convention Againts Corruption (UNCAC) yang ikut disepakati Indonesia. Ia menyerukan perlawanan atas berbagai bentuk pelemahan terhadap upaya pemberantasan korupsi yang tidak sesuai dengan amanat UNCAC.
“Harus dilawan dan di tentang kalau tdk sesuai dengan prinsip pemberantasan korupsi, pencegahan korupsi yang telah kita tandatangani selama ini dan sebelumnya,” ungkap Saut di pelataran Gedung Merah Putih KPK.
Sebelumnya dalam konferensi pers 06 September lalu, Ketua KPK Agus Rahadjo menyatakan penolakannya terhadap rencana revisi Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.
Dalam keterangannya, Agus menyampaikan 10 persoalan yang berpotensi melemahkan KPK
Seperti Independensi KPK yang terancam, proses penyadapan dipersulit, pembentukan Dewan Pengawas yang dipilih DPR, sumber penyidik dan penyelidik yang dibatasi, hingga kewenangan KPK untuk mengelola pelaporan LHKPN yang dipangkas.
“Jika mencermati materi muatan RUU KPK yang beredar, justru rentan melumpuhkan fungsi-fungsi KPK sebagai lembaga independen pemberantasan korupsi,” tegas Agus.
Aksi diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Seraya dengan mengepalkan tangan ke udara, para pegawai bernyanyi secara bersama-sama. Kemudian, dari atas panggung, dua pegawai KPK menyanyikan sebuah lagu karya Efek Rumah Kaca yang bertajuk “Di Udara”. Sebuah lagu yang menggambarkan perlawanan meskipun kerap menerima ancaman.
“Ku bisa tenggelam di lautan, Aku bisa diracun di udara, Aku bisa terbunuh di trotoar jalan. Tapi aku tak pernah mati, tak akan berhenti.”
Panggung itupun lalu menjadi tempat para pegawai berorasi. Perwakilan pegawai KPK, HN Christian memulai orasi hari itu. Dalam orasinya, ia menegaskan bahwa perjuangan KPK hingga detik ini bukan hanya untuk kepentingan lembaga KPK saja, tapi untuk seluruh masyarakat Indonesia.
“KPK ada bukan hanya untuk pegawai KPK. KPK ada untuk bangsa ini, untuk rakyat Indonesia dari Sabang sampai Marauke. Dari Miangas sampai Pulau Rote. Untuk memberantas masalah kemiskinan, masalah ekonomi, masalah bangsa Indonesia.”
Ia mengajak seluruh pegawai KPK untuk berani melawan siapapun yang berani melemahkan kinerja KPK dalam memberantas korupsi. “Mari kita semua bersatu padu bersama-sama dengan seluruh rakyat Indonesia untuk melawan mereka yang sengaja melemahkan Komisi Pemberantasan Korupsi,” ujarnya.
Kemudian, salah seorang pegawai bersama Wakil Ketua KPK membacakan tuntutan kepada Presiden RI Joko Widodo agar berperan sebagai pemimpin negara yang baik.
“Presiden Abdurahman Wahid merancang KPK, Presiden Megawati Soekarno Putri melahirkan KPK, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melindungi KPK. Jangan sampai sejarah mencatat KPK mati pada masa Presiden Joko Widodo.”
Sehari sebelumnya, para pegawai KPK bersama pegiat antikorupsi melakukan aksi simpatik di kegiatan car free day (CFD) di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, pada Ahad (08-Spt-2019).
Mereka membagikan seribu tangkai bunga kepada masyarakat. Setiap tangkai bunga disertai dengan secarik kertas yang tertuliskan pesan “Tolong”, dan “Jokowi setuju Revisi UU KPK = KPK Mati”.
Usai aksi simpatik itu, para pegawai melakukan long march ke Gedung Merah Putih KPK dan diakhiri dengan penutupan empat logo KPK yang berada di gedung tersebut dengan kain hitam. Ini dilakukan sebagai bentuk duka cita terhadap ancaman yang berpotensi mematikan KPK.
“Kita bukan sedang melukis ketakutan. Kita sedang bicara fakta, bicara realitas. Kita tidak boleh takut,” tegasnya Saut saat memimpin aksi itu,(humas&tim independent).
By:KontraS Independent Media sarana Restorasibdan Informasi Publick.